Surabaya, 3 Januari 2013 Pukul 16.15 WIB
Sebuah cafe legang di jalan Adityawarman
Niara tak sedikitpun menampakkan wajah gelisah
ataupun ketakutan. Iya, setelah kurang lebih 90 menit lalu ia menerima telepon
dari seorang wanita yang mengaku bernama Vika, istri Kiki. Kiki yang selama
hampir satu tahun menemani hidup Niara dengan cara yang tidak biasa.
Entah untuk kesekian kalinya, Niara melirik jam bulat
ditangan kirinya, sudah 15 menit berlalu dan wanita itu masih saja belum
datang. Sesaat setelah Niara beranjak untuk pergi dan membayar minumannya,
seorang wanita ramping dengan rambut panjang sedikit berantakan yang nampak
kurang terurus menghampirinya,
“Hai, gue Vika, bener kan lo Niara ?”
Sapaan asal yang sama sekali tidak menunjukkan sopan
santun, batin Niara.
“Iya. Kamu Vika ? hampir saja saya mau pergi.” Jawab Niara kembali duduk di kursi yang sudah kurang lebih 15 menit tadi ia duduki.
“Oh sorry.” Jawab Vika enteng dan terlihat tanpa rasa
bersalah
Setelah mereka berdua duduk berhadapan, Vika memesan
secangkir ice lemon tea pada waitress, dan melanjutkan perbincangan
“Oke, gini. Gue tau lo pasti udah nggak sabar banget
pengen tahu kenapa gue ngajak lo ketemuan dadakan kayak sekarang. Gw Vika,
kayak yang udah gue bilang tadi di telfon, gw istrinya Kiki, cowok yang selama
ini ngejadiin lo sebagai selingkuhannya. Ya, nyelingkuhin gue.”
Niara hanya mendengarkan ocehan Vika dengan senyuman
dan sesekali menyeruput hot chocolate yang telah kehilangan uap panasnya karna terlalu
lama menunggu wanita didepannya ini.
“Gue kesini cuma minta pengertian lo sebagai sesama
wanita, plis banget lo lepasin Kiki, biarin gue ama Kiki hidup bahagia ama
keluarga kecil gue.”
Niara masih mendengar dengan sabar.
“Gue sayang banget ama Kiki, dan gue rasa lo juga
punya harga diri kan, gue yakin lo bisa jaga harga diri lo dengan baik dan gak
harus rebut suami gue. Lo bisa cari laki lain yang lebih dari Kiki.”
Seorang waitress datang dan memberikan minuman
pesanan Vika yang membuat Vika sejenak berhenti berbicara.
“Gue emang nggak bisa jadi istri yang sempurna kayak
yang Kiki pengen, tapi gue juga ga akan ngebiarin Kiki hidup bahagia tanpa gw,
jadi ya lo tau apa mau gue kan ? lepasin Kiki.” Lanjut Vika.
Sembari merubah posisi duduknya, Niara menjawab dengan tenang,
“Bagaimana bisa menjaga yang telah kamu abaikan disebut
dengan merebut ? saya sama sekali tidak merebut, dan maaf, saya nggak bisa. Saya
nggak akan pernah ngelepas Kiki. Sekarang, besok, atau sampai kapanpun, saya
akan selalu jaga dia dan nggak akan pernah saya sia-siakan seperti apa yang sudah
pernah kamu laku....”
BYUUR!!
Belum sampai Niara menyelesaikan ucapannya, Vika
sudah menyiramnya dengan segeleas ice lemon tea yang sudah ia pesan.
“Dasar PELACUR!” teriak Vika pada Niara, kemudian bangkit
dan pergi begitu saja meninggalkan cafe.
Niara yang masih kaget dengan sikap tidak tahu aturan
yang dimiliki Vika, hanya menunduk dan tersenyum kecut sembari menarik beberapa helai tissu
yang disediakan di meja. Ia membersihkan bekas siraman ice lemon tea lalu
merapikan pakaiannya yang sedikit terkena siraman.
Setelah menyelesaikan pembayaran pesanan mereka,
Niara bangkit dan meninggalkan cafe tersebut. Ia berjalan menuju belokan yang tak
jauh dari cafe dan masuk kedalam sebuah mobil berwarna merah.
“Haaii, is everything okay ?” tanya pria yang duduk
dibangku kemudi mobil tersebut.
"Yes, no worry. Seperti yang sudah kita duga, dia
minta aku ninggalin kamu, dan aku udah jawab apa yang seharusnya aku lakukan. I
love You. And I’ll never let You go, my Bee.” Jawab Niara.
Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Niara, dan
mobilpun melaju menuju ke sebuah tempat yang bisa membuat mereka berdua
melepaskan semua tekanan, hanya disana mereka mampu saling menghangatkan dan
menguatkan.
karena cinta tak pernah salah langkah. part 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar