13 Oktober 2014

entah


jika mereka yang mengamati lukaku mulai bertanya,
"apa yang membuatmu begitu sulit melupakannya?"

aku hanya akan mendorong bibirku untuk tersenyum sebaik mungkin,
sekalipun dalam hati memaki, kenapa harus pertanyaan ini lagi dan lagi tentangmu.
oh tentu, selain lelah menghadapinya, akupun jengah.

setelah tersenyum terpaksa sambil sesekali mengaduk-aduk minuman di hadapanku padahal adukan tersebut sangat tak diperlukan oleh cairan segar di hadapanku itu, aku tetap akan melakukannya karena aku panik. aku panik karena nampaknya gagal lagi hatiku berdiskusi dengan otakku untuk menemukan jawaban tepat yang membungkan mulut mereka.

hanya "entah...." yang akhirnya keluar. hanya satu kata itu.

berulang kali pertanyaan itu muncul, berulang kali itu juga tiap menjelang lelap, aku habiskan tenagaku untuk memaksa otakku berputar sangat keras, memaksa hatiku mengobrak-abrik kenangan lama bersamamu agar mampu dengan gamblang kutemukan jawabannya. 

kenapa aku sebegini rapuhnya saat melupakanmu?

kamu tampan, iya. tapi aku pernah bersama seseorang yang jauh lebih tampan darimu.
kamu pintar, iya. tapi aku pernah memiliki perbincangan dengan orang yang jauh lebih pintar darimu.
kamu menarik, iya. tapi lelaki sebelummu sungguh jauh lebih menarik.
kamu brengsek, iya. tapi aku pernah dibrengseki jauh lebih parah sebelumnya.
kamu memiliki ilmu agama yang baik, iya. sekali lagi akupun pernah menemui yang lebih baik agamanya ketimbang kamu.
lalu apa?
apa?

sekali lagi kupaksa diriku malam ini karena aku harus menemukan jawabannya, setidaknya agar aku bisa tertidur sedikit lebih lelap di malam-malam berikutnya. 
tanpa tersadar dan dengan begitu saja tanganku meraih iPhone, lalu membuka kumpulan foto dan video. YAP!! di sanalah kumenemukan petunjuknya.

aku masih menyimpan videonya.

iya. DIA.
aku melihatnya menari sambil berputar-putar dalam rekaman yang pernah kamu kirimkan itu, 
dia, dengan pipi meronanya.
dia, yang membuatku merasa begitu spesial.
dia, satu yang kamu miliki yang kuanggap sebagai keajaiban.
dia, pernah membuatku bertekuk lutut saking cintanya hingga aku seringkali lupa mencintai diriku sendiri.
dia, yang senyumnya sangat menghipnotis jiwaku.
dia, yang keberadaannya mampu mendekatkanku pada Sang Kuasa.
dia, yang telah menguasai keseluruhanmu.
iya, dia anakmu.

dan mungkin karena dengan adanya dia, kamu menjadi begitu sempurna di mataku.
dengan adanya anakmu, aku pernah merasakan harapan menjadi seorang ibu.
dia mampu membuatku merasa utuh. 
utuh sebagai perempuan.
utuh karena menjadi ibu.
dan karenanya aku begitu penat ketika harus melupakanmu.
karena akupun harus menghapus harapanku untuk menjadi ibunya.
mungkin karena itulah aku begitu hancur saat kita harus berpisah.

aku kehilanganmu itu menyakitkan, tapi kehilangannya, aku hancur berantakan.

ah tapi bukannya hati yang hancur adalah pertanda bahwa paling tidak aku pernah mengusahakan sesuatu.
mengusahakan hubungan kita dan mengusahakan bersatunya kita seperti yang pernah kamu janjikan.
aku pernah mengusahakan agar aku layak menjadi pendampingmu.
akupun pernah mengusahakan agar aku mampu menjadi ibu yang baik untuk anakmu.
jadi, meskipun akhirnya semua usahaku itu tak berguna dalam hidupmu, paling tidak aku pernah melakukan sesuatu demi KITA.


hhhmmmm...

lega sekali rasanya, malam ini akhirnya "entah"ku menemukan jalannya.

iya, Sayang,
yang membuatku begitu sulit melupakanmu adalah keberadaan anakmu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana