25 Oktober 2014

Manisku yang pahit.


ini tulisan ke sekian tentang cinta yang tak kunjung menghilang, 
tentang rasa yang membuat 2 tahunku belakangan begitu kacau dan tak terkendali,
namun betapa baiknya, Tuhan memberiku waktu untuk berbenah,
kesempatan yang kan kujadikan titik balik yang sempat gagal teraih.

aku akan memulainya dengan urusan hati,
karena bukannya apa yang terjadi di dalam sangat kuat mempengaruhi kondisi luar tubuh? 

aku mencintaimu, pun juga membencimu.
dan sialnya, aku juga kepayahan melupakanmu. 
di masa-masa ingin bangkit seperti ini
aku sungguh membutuhkan suntikan motivasi

jadi,

jari jailku memutuskan untuk membuka halaman akun facebookmu. 
ah fotomu masih tak berubah, dan tak ada yang baru di sana.
lalu di satu bagian akhirnya mataku tertumbuk.
pada kumpulan foto-foto lamamu dan dia.

aku menangkap kebanggaanmu yang teramat di tiap foto kalian
kamu dengan seluruh indramu begitu mengagumi dan mencintainya
dan karenanya, sekalipun perkenalan kalian amat singkat,
kamu begitu berhasrat untuk memilikinya, 
menjadikannya milikmu seutuhnya, menikahinya.

kemudian aku becermin dan membandingkan,
mungkin benar apa yang penah ia katakan,
aku tak ada apa-apanya dibanding dirinya.

yang kualami sangat bertolak belakang,
hanya pengabaian ironis yang kudapat darimu,
sekalipun sudah lama kita saling mengenal,
tak sedikitpun kamu pernah menginginkanku.

dan apapun itu alasan dari keenggananmu untuk bersamaku, bukannya aku tak mentolerir, 
hanya saja alasanmu begitu memuakkan, Sayang.

atas nama trauma? 
aku tahu itu omong kosong.
atas nama ketidaksiapan? 
izinkan aku menyebutmu pengecut jika alasan ini memang benar.
atas nama sakit hati?
oh ayolah, tak hanya kamu yang sakit. 
atau mungkin kamu tak sadar bahwa lukamu itu telah melukai hatiku?

ah ya sudahlah, mungkin kamu memang hadir di hidupku hanya sebagai serpihan kenyataan yang menyayat hati, agar aku sekali lagi belajar memulihkan lukaku sendiri.

sejujurnya, jika sanggup menuliskan takdir, aku lebih baik merangkak mengitari Surabaya 100 kali daripada harus mengenal dan jatuh cinta padamu.

begitulah, 
dan akhirnya selamat tinggal, Kamu.
kamu, manisku yang pahit,
baik-baik dan jangan banyak tingkah ya di dalam kenanganku
bantulah aku melupakanmu dan merapikan hatiku.


:)


2 komentar:

  1. kata-katanya bagus kak, tapi judulnya lebih bagus.... manisku yang pahit :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaak terima kasih ya, komentarnya sangat memotivasi. :D

      Hapus

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana