Sepertinya rasamu sudah berubah.
Atau hormonku yang mulai menolakmu?
Kamu menghampiriku dengan tatapan bola mata warna hazelnut itu,
Aku sudah tidak merasakan apa-apa.
Biasanya aku jadi lebih tenang.
Kamu menyentuh pipi dan daguku, dengan jemari maskulinmu itu,
Aku sudah tidak merasakan apa-apa.
Biasanya suhuku sudah drastis berubah.
Kamu memelukku lembut dengan tangan kokoh itu,
Aku sudah tidak merasakan apa-apa.
Biasanya aku merasa terlindungi.
Kamu mendekapku erat tanda tak ingin kehilangan diriku,
Aku sudah tidak merasakan apa-apa.
Biasanya darahku akan berdesir panas.
Kamu menciumku dengan lumatan-lumatan kecil yang erotis,
Aku sudah tidak merasakan apa-apa.
Biasanya aku seketika bergejolak.
Kamu melantunkan janji-janji surga dengan mimik wajah waspada,
Aku sudah tidak merasakan apa-apa.
Biasanya aku sudah terbang bersayapkan harapan.
Kamu mengajakku menikah, menjalin cinta yang tak lagi bergelimang dosa,
Aku tidak merasakan apa-apa.
HARUSNYA AKU BILANG IYA.
Tapi sungguh, aku tak merasakan apa-apa.
Tak lagi merasa keberadaanmu itu perlu di hidupku.
Tak lagi merasa kebahagiaanku itu hanya bergantung padamu.
Tak lagi merasa ada namamu di gerbang hatiku.
Rasa-rasanya aku mulai lupa bahwa kamu benar-benar PERNAH ADA di kisah hidupku.
Rasa yang kemarin ada, nampaknya adalah rasa yang mubadzir.
Ada, namun tak bisa kunikmati.
bener bener rasa yg mubazir
BalasHapusAmat sangat mubadzir :))
HapusAda hikmah di dalamnya kan mbak ?. Jd nggak mubadzir donk ya...
BalasHapus:)