22 April 2015

Aku Takut...


Setelah menyodorkan secangkir teh chamomile, Sila meringkuk di balik selimut, merapatkan diri di samping tubuh indah pelanggan setianya.


“Kamu nggak mau udahan aja kerja begini, La?”


“Ntar deh, masih butuh banyak duit buat ngelanjutin idup. Atau kamu bayarin semua tagihan kehidupanku?” balas Sila dengan cengiran jahil di wajahnya.


“Nanti ya, kalau aku udah bener-bener bisa jalanin perusahaan dengan baik, perempuan pertama yang aku cari pasti kamu, buat jadi pendamping hidupku. Kan bosen ya jadi pelangganmu mulu, sekalian aja ntar kamu kujadiin isteri.”


“Halah pret. Udah lah nggak usah ngumbar janji. Janji lelaki macem kamu tuh kayak rujak cingur yang didiemin 3 hari, BASI.”


“Aku serius, Sila.” Jawab Zidan setelah ia meletakkan cangkir tehnya di nakas samping ranjang, ia memutar badan dan menghadap ke arah Sila. 


“Emang kamu nggak capek begini terus? Gonta-ganti laki demi uang.” 

Setelah menarik nafas panjang, Sila menunduk. 
Baru kali ini Zidan melihat Sila nampak begitu serius dan sedikit murung.


“Capek sih nggak, Dan. Tapi kadang aku ngerasa takut aja.”


“Takut? Apa yang membuatmu takut?”


“Satu-satunya ketakutanku di dunia, aku takut... saat usia menyeretku untuk tak bisa seindah sekarang, aku tak lagi bisa memuaskan suamiku. Separah apapun aku, dalam hati, iya aku memang menginginkan menjadi seorang istri, seorang ibu. Punya suami, punya anak dan keluarga kecil. Aku takut nafsuku habis untuk profesiku sekarang. Ya, karena aku masih punya nafsu, makanya aku masih bisa jalani profesi ini, tapi bayangkan, lama-kelamaan kalau keseringan liat kelamin pria, aku takut jadi bosen. Istilahnya eneg malah. Aku takut aku nggak lagi butuh memuaskan dan dipuaskan. Kamu tahu kan, aku selalu menggilai aroma ranjang, aroma sebelum dan seusai bersetubuh, aroma vagina yang sedang basah-basahnya mendamba pemuasan. Aku sangat menggilai semua itu. Karena itu, kadang aku takut saat tiba waktunya aku tak lagi memiliki hasrat dan nafsu, aku jadi tak berguna bagi suamiku kelak. Aku takut, Zidan.”


“Seriusan, La? Kamu nggak takut sama apapun selain takut kehilangan nafsu?”


"Iya.”

Zidan masih entah harus tertawa karena merasa ketakutan Sila adalah sesuatu yang lucu, atau ingin turut sedih karena melihat mimik wajah Sila yang benar-benar gelisah dan nampak ketakutan.

Apapun itu, Zidan memutuskan untuk menarik Sila mendekat dan memeluknya erat. Baru kali ini Zidan menyadari bahwa Sila diam ketika dipeluk, sama sekali tak mengelak dan berontak seperti malam-malam sebelumnya.


"La, kamu nggak takut ular? serigala? hantu? ketinggian? apapun deh apapun?"

"nggak." Jawab Sila dengan sangat polos.

Dan baru kali ini juga Zidan melihat Sila begitu polos, tidak ada keangkuhan khas wanita dewasa seperti biasanya. Tidak ada gurat keras di wajah Sila. 

Sila membalas pelukan lelaki pelanggan setianya itu.

 ***

 





#SisaSelasa #3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana