13 Mei 2015

Surat cinta untuk yang kucinta


Ini perkara sepele. Sangat sepele. 
Kamu dan kecintaanmu pada rokok yang mengalahkan cintamu pada dirimu sendiri. 

Oke begini, 
Saya tak masalah dengan asap rokok atau berada di sekitar perokok, selama paru-paru saya tidak mendadak berontak pastinya. 
Dalam satu kondisi tertentu, saya bisa sangat menggilai bau asap rokok yang menempel pada pakaian lelaki, lelaki yang menarik tentunya, bukan sembarang lelaki. Yang kemudian mampu membuat "hormon" saya meningkat. 

Nah, anggaplah itu saya biarkan karena saya tak begitu peduli pada mereka.

Ketika saya sudah membawa hati dan segala kerumitannya, saya tidak suka lelaki perokok. 

Tapi jika sial-sialnya adalah hati harus mencintai lelaki perokok, pilihannya cuma 2, 
ingatkan agar ia berhenti, atau 
ikhlas saja terima ia yang sudah lebih dulu mencintai rokoknya sebelum dirimu. 

Saya pribadi lebih memilih memintanya berhenti. 
Bukan lagi mengurangi, tapi berhenti. Kenapa? 
  1. Karena Bapak saya berjuang untuk menghindari rokok DEMI putrinya, agar putrinya aman dari efek negatif rokok. Orangtua saya saja sudah membesarkan saya dengan kepedulian sebegitunya, masa iya saya nanti malah merelakan diri menghabiskan sisa hidup dengan dihantui efek negatif rokok dari pasangan hidup saya? Kan bodoh. 
  2. Saya cinta diri saya. Secinta-cintanya saya sama pasangan, sebisa mungkin saya harus lebih mencintai diri saya sendiri, jadi tahu kan kelanjutan maksud saya di poin ini? 
  3. Karena saya cinta pasangan saya dan tak ingin dia menderita penyakit akibat rokok. Karena saya peduli padanya, saya tak ingin dia terus menerus meracuni tubuhnya sendiri. 
  4. Karena saya MEMIKIRKAN KETURUNAN SAYA KELAK. Iya, penyakit memang datangnya dari Tuhan, pun panjang umurnya manusia. Tapi ya nggak ngeracun diri sendiri juga kan ya? Nggak mendekin usia dengan ngeracun diri sendiri juga kan ya? 

Nah, kalau saya sudah mengingatkan tapi pasangan masih ngeyel dengan alasan "saya lebih dulu kenal rokok daripada kamu" atau "berhenti ngerokok itu susah", Ya barangkali memang kepergian saya bakalan jauh lebih mudah buat pasangan saya. :) 

Ikhlas nerima dia, orang yang saya cinta menjadi perokok aktif? 
TIDAK AKAN. 

---

Untukmu, Sayangku. 
Jika tidak bisa mencintai diri sendiri, paling tidak ingatlah aku yang mencintaimu, ingatlah aku yang berhak untuk menghirup udara tanpa asap rokokmu, ingatlah aku yang suatu saat bisa pergi akibat ulahmu. Atau barangkali memang aku tak sebegitu berharganya bagimu, tak apa, terserah saja lakukan apapun sesukamu, akupun berhak untuk memutuskan pergi sesukaku. Karena aku sadar, mencintai diri sendiri saja kamu tak sanggup, apalagi mencintaiku?

Jadi, terserah kamu, Sayang. 
Terserah. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana