25 Februari 2017

Eyeliner


“What’s wrong with your eyeliner, Love?”

“Why?”

“Nope. Aku merasa eyelinermu tidak serapi dan seindah biasanya.”

SHIT! Aku buru-buru mengambil cermin kecil yang selalu kubawa di tasku.

“Sial. Kenapa sih kamu harus memperhatikan eyelinerku? but, thanks anyway.”

“Jangan tersinggung. Aku merasa bisa melihat keadaanmu saat ini dengan melihat riasan wajahmu. Apakah kamu sedang tak enak hati, gloomy, bahagia, tenang dan lainnya. Eyelinermu mencerminkan sebagian besarnya. Sisanya tentu dari riasan penuh di wajahmu. Kamu kan tipikal yang mending telat datang ke acara apapun daripada datang tepat waktu tanpa riasan yang sempurna. Jadi, dengan eyelinermu yang seperti itu, apa yang sedang kamu risaukan dalam hidup?”

--- 
 
Aku menghela nafas dalam dan menghembuskannya sangat perlahan.
Lelaki macam apa yang sedang kucintai ini ya Tuhan.
Lelaki yang memahami parfum wanita dengan sangat baik, ini aneh.
Lelaki yang melihat mood dan keadaan wanita melalui riasan wajahnya,
Kenapa tidak memperhatikannya melalui ekspresi muka saja?
Kenapa tidak memperhatikannya melalui gesture tubuh?
Kenapa harus riasan wajah?
YA TUHAN.
Ok, i don’t care!
Hal pentingnya adalah
Jangan pernah tinggalkan pintu rumah tanpa memeriksa dengan teliti kondisi riasan wajahmu,
Jangan biarkan orang lain membaca keadaanmu melalui riasan wajahmu,
Melalui eyelinermu yang tak rapi,
Melalui lipstikmu yang tak rapi,
Melalui bentuk alismu yang tak rapi,
Melalui taburan bedakmu yang tak rapi,
Melalui sapuan perona pipimu yang tak rapi.
Jangan biarkan dunia tahu sedih dan susahmu,
Tunjukkan saja bawa apapun yang terjadi,
Menjadi cantik dan tampil cantik adalah KEHARUSAN.

--- 

Aku menata cermin kecil, mengambil produk eyeliner dari tas dan membenahi tatanan eyeliner di mataku.

“Apa yang aku risaukan? Tak ada, Sayang. Tak ada. Shit happens, but my life must go on as perfect as my eyeliner.

Aku mengambil ponselku, membuka album foto dan menghapus semua hasil candid foto dia yang sedang memeluk mesra istrinya dengan lengan kiri dan menggendong anak mereka di lengan kanan. Mereka tampak bahagia. 

 ---


2 komentar:

  1. ikut menghela nafas panjaaaangggg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena hidup tetap harus dijalani sebaik dan sesempurna mungkin. wooohhooo

      Hapus

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana