20 April 2020

Lingerie



Belum sampai saya masuk ke kamar sepulang kerja, Ibu sudah teriak.
"Kamu ngapain sih belanja lingerie lagi? yang udah ada kan masih banyak."
"Ngga kok."
"Itu tadi ada paket ke rumah, Ibu buka isinya lingerie. Wong kirimannya bener ke namamu kok, gitu pake ngeles."

Saya enggan menjawab karena sebal dan bingung. 
Pertama, ngapain sih Ibu buka-bukain paket yang bukan untuknya. 
Kedua, ini lingerie apaan deh? saya tidak pernah memesan lingerie secara online karena risiko tidak muat dan bahannya yang saya tidak suka. Berikutnya, setiap kali membeli barang secara online, saya selalu kirim ke alamat kantor, tidak pernah ke rumah. TIDAK PERNAH. 

Saya membuka kotak berwarna merah gelap berhias pita warna emas di atasnya. 
Saya kaget ada sebuah lingerie warna merah muda di dalamnya.
Modelnya sederhana, sangat feminim, dan bahannya sangat lembut. 
Ketika saya angkat, sebuah kartu terjatuh.

Hi My Dear,
I'm so sorry for not telling you about this little gift. 
I want you to wear it this night.
I'll see you at the place we first met at 10pm.

Hug,
MS

Waah waah waah. 
Bahaya sih ini. 
Saya ngga ngerasa pernah ngasih alamat rumah. 
Saya ngga pernah dihubungi sama sekali sejak terakhir kami bertemu,
ini kenapa tiba-tiba begini?

---

Jumat malam di Cafe yang sama tempat kami pertama bertemu dulu. 
Jam sudah menunjukkan pukul 11.11 malam, dia tak kunjung datang. 
Saya tetap memaksa fokus pada penampilan band yang sedang membawakan lagu Queen. 
Saya sudah hampir beranjak pulang ketika tiba-tiba sebuah tangan menggenggam lengan saya dan menarik saya perlahan. 

"Yuk!"
"Kamu terlambat."
"Maaf. Yuk!"
"Ke mana?"
"Can you please just follow me and stop asking?"

Saya menurutinya.
Ada sesuatu dari matanya, nadanya, dan dirinya yang membuat saya jadi entahlah, penurut.
Dia tahu bagaimana cara mendominasi dengan kadar yang tepat.

---

Hotel yang sama, kamar yang sama. 
Saya baru saja keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaian dengan lingerie yang ia berikan. 
Ia sedang merokok dan memandang ke arah jendela. 

"Hai."

Dia berbalik, melihat saya, tersenyum, lalu mematikan rokoknya. 

"I like you."
"You like me or you like me in this lingerie?"
"Mmmm, i like your breasts, i like you naked."
"You bought me lingerie but you like me naked?"
"I gave you that so i can feel free to rip it as i want."

---

Kami saling berbagi rasa. 
Saya menikmatinya.
Dia menikmati saya.

"How could you know my address huh?"
"It's me, Dear. I know everything."
"No, you don't know. You don't know how it feels to be left, rejected, and crying for nothing."
"Trust me, i know it. That's why we can't be together."
"Why?"
"I'm afraid you'll leave me."
"If you never ask me to stay, how can i prove that your fear will not happen?"
"I need some time."
"Ok."

---

Sekali lagi, kami berpisah dalam ketidak pastian.
Tapi tak apa. 

Penantian ini sepadan.
Melihatnya masih sangat menyenangkan. 
Memeluknya masih sangat menghangatkan.
Bercinta dengannya masih sangat memuaskan.

---



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana