24 Maret 2015

Andai...

Lagi lagi memaksa jemari untuk menekan huruf demi huruf di layar ponsel hingga membentuk kalimat ajakan untuk bertemu, lalu kukirimkan pesan tersebut padamu. Pesan yang sudah tak boleh terkirim harusnya, entah mengapa hati dan otak selalu saja tak sejalan. Lalu di sini lah kita akhirnya.


Kamu duduk dengan tenang di depanku, aku pun sama. (mencoba) tenang.
Untung saja kita pergi ke sebuah cafe yang menyajikan penampilan musik akustik live. Jadi paling tidak diammu tak begitu membunuhku.
Sejenak setelah kita bertemu dan berbincang sangat singkat penuh basa-basi, akhirnya terpagut pada ponsel juga matamu, pun dengan jemari dan seluruh inderamu.


Aku? 
Menggulir pandang pada sekitar dan mengamati bagaimana tak enaknya berada di posisiku sekarang.

Di sebuah sudut cafe arah pukul 11 dari tempat dudukku, aku melihat 2 perempuan berhijab. Sepertinya mereka seumuran dan dengan selera pakaian yang serupa, sama-sama menyukai busana sederhana dengan warna lembut, mint dan merah muda. Mereka seperti berbincang dengan tenang sambil sesekali saling tersenyum dan tampak satu menabahkan yang lainnya dengan memberi usapan lembut di telapak tangan. Mungkin saja mereka sedang berbagi cerita hidup karena sudah terlalu kepayahan memikulnya sendiri. Mungkin.
Ada perbincangan di antara mereka. Ada interaksi di antara mereka.

Di tempat duduk yang hanya terpaut satu meja dari dua perempuan berhijab tadi, ada 3 orang lelaki, masih dengan pakaian kerja yang lengkap, kemeja dan celana kain serta sepatu formal berwarna gelap. Ketiganya memiliki potongan rambut yang berbeda namun tetap layak disebut rapi. Khas lelaki kantoran. Divisi penjualan dalam sebuah perusahaan kurasa. Mereka sedang sibuk menggerak-gerakkan tangan sambil menjelaskan tentang sesuatu pada yang lainnya. Berbicara saling menanggapi dan seringkali diiringi anggukan saling setuju atas ucapan satu sama lain. Mereka berbicara sambil sesekali memandang ke meja, mengamati sepintas beberapa lembar kertas di atas meja. Dokumen tentang pekerjaan rasanya. Lalu ada tawa-tawa ringan di sana.
Ada perbincangan di antara mereka. Ada interaksi di antara mereka.

Tepat di meja samping ketiga lelaki tadi, ada 6 orang dengan 3 orang lelaki dan 3 orang perempuan. Di meja mereka tak ada lembaran-lembaran kertas, hanya ada beberapa jenis minuman dan makanan ringan yang memenuhi meja. Perempuan satu berbicara dengan perempuan dua, membicarakan sesuatu yang sangat seru. Jelas tampak dari kedua sorot mata mereka yang berbinar cerah sambil sesekali tertawa bahagia. Tawa yang begitu hidup. Perempuan tiga berbicara dengan lelaki satu, membicarakan sesuatu yang sedikit serius sepertinya, karena keduanya nampak begitu fokus dan mengangguk-angguk kecil. Lalu lelaki dua berbincang dengan lelaki tiga sambil saling menunjukkan ponsel, saling menunjukkan sesuatu yang lucu mungkin, karena setelahnya mereka berdua tertawa jahil. Sekalipun satu meja, ada tiga jenis perbincangan dalam satu lingkar pertemanan, tak apa.  Yang pasti tak hening. 
Ada perbincangan di antara mereka. Ada interaksi di antara mereka.

Lalu memutar pandang pada pasangan di arah pukul 1 dari tempat dudukku, ada sepasang kekasih yang sedang sibuk menikmati alunan musik akustik. Sang lelaki memeluk bahu perempuan diiringi dengan belaian-belaian kecil dan sang perempuan nampak tenang menggerak-gerakkan kepala tanda terhanyut dalam alunan musik. Sesekali mereka saling memandang dan terlibat pembicaraan yang ringan namun intim, akrab, dekat.
Ada perbincangan di antara mereka. Ada interaksi di antara mereka.

Di arah pukul 3 dari tempat dudukku, ada segerombolan pemuda, sepertinya mereka dari kalangan dunia hiburan, EO mungkin. Atau penyiar radio dan para model? Ya sekitar itulah. Dari gaya pakaian mereka, sepertinya mereka adalah orang-orang dengan hidup yang kekinian. Ah begitulah. Mereka tertawa terbahak dan saling menunjuk lalu kemudian salah seorang mengeluarkan kamera dan mereka mulai mengabadikan kejadian saat itu, untuk diunggah di social media sepertinya. Setelah sekian detik seorang perempuan di antara mereka mengambil gambar, kamera diputar supaya hasil bisa dilihat bersama, tak lama kemudian terdengar suara-suara “waaah bagus bagus. Lagi foto lagi” “iya ih bagus, aku keliatan langsing”, suara-suara pertanda puas dengan hasil foto yang baru saja diambil. Sangat hidup, menyenangkan.
Ada perbincangan di antara mereka. Ada interaksi di antara mereka.

Kemudian aku menunduk, diam, melirik sesekali pada ia yang duduk di hadapanku tetap dengan ponsel di tangannya.
Ah, aku sedang meratapi keheningan di antara kita.
Dulu kita tak begini.
Dulu kita tak pernah saling bungkam dan kehabisan bahan bicara.
Selalu ada hal-hal remeh yang bisa dijadikan perbincangan.
Selalu ada alasan untuk saling melontar candaan kecil yang menyulut tawa.
Selalu ada yang hidup di antara kita.
Selalu.

Ada apa dengan kita yang sekarang?
Kamu yang tak sudi diajak berbincang namun tak keberatan diajak bertemu.
Kamu yang tak lagi berminat pada diskusi dan bertukar sudut pandang.
Kamu yang lebih memilih hanyut dalam isi ponselmu daripada hanyut ke dalam mataku.
Aku yang sudah lelah memikirkan bahan perbincangan dan memilih diam.
Aku yang enggan mengungkapkan apa yang ada di kepalaku.
Aku yang lebih memilih mengurungkan sejumlah pertanyaan padamu.
Ada apa dengan kita yang sekarang?

Adakah sesuatu yang mampu mengubah kita menjadi pribadi yang saling menyamankan dan menyenangkan sepeti dulu?



*ponselku berbunyi,  pemberitahuan tentang adanya pesan masuk pada Whatsapp mengalihkan lamunanku*




"Nhaazz aku jual cincin akik nih, kamu mau nggak? Akiknya punya kekuatan tersembunyi nih Nhaz. Hebat banget deh, bagus loooohh.. dijamin!"
  
Aku sontak tertawa. 
Sendiri.

Astaga Tuhan.
AKIK!!!
huuh..

Bisakah satu cincin akik itu memiliki kekuatan untuk menghidupkan yang mati di antara aku dan dia?
Bisakah satu cincin akik itu menciptakan perbincangan di antara kita? 
Menghidupkan interaksi di antara kita?
Bisakah?

Andai...



 




 #NulisKamisan S3 #5, foto oleh @AdhamTFusama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana