Sidoarjo, 26 April 2012
.jpeg)
Dia yang tiba-tiba mengijinkan aku
menemui Juno kesayangannya dalam kondisi tidur, pulas, tenang, dan begitu
menggemaskan.
Rona merah dipipinya, ah perempuan mana yang tak jatuh hati pada
si kecil seperti ini.
Saat Kiki sedang ke kamar mandi,
seolah memberi aku waktu untuk melihat dan memuaskan keingintahuanku tentang
sosok malaikat kecil kesayangannya, Juno, akupun memuaskan diriku dengan
membelai rambut Juno, mengusap punggungnya saat sesekali ia tiba-tiba mengigau
dan sedikit berpindah posisi sekalipun dalam lelap, dan kuakhiri dengan
kecupan-kecupan kecil ditiap jenggal wajahnya.
Ah betapa ingin aku memiliki
bayi seperti Juno suatu saat nanti.
Yang saat ini kurasakan hanyalah bahagia,
amat bahagia.
Dalam hati terdalam dan lebih terdengar seperti jahat, aku mulai
berharap ‘andai saja aku bisa menjadi Ibu dari Juno’. Ah sudahlah…
Seketika itu juga, pintu kamar
mandi terbuka dan Kiki keluar dengan senyum teduhnya, masih jelas terlihat
sekalipun dalam kamar yang minim cahaya.
Ia duduk di tepi tempat tidur dan
melihatku yang sedang duduk dibawah beralaskan kasur tipis yang juga menjadi
alas Juno tidur.
Oh ya, Juno dibiarkan tidur dibawah dengan beralaskan kasur
tipis, menghindari ia terjatuh jika ia ditempatkan di tempat tidur yang tinggi
saat sedang lincahnya bergerak sekalipun sudah terpejam.
Kiki membiarkanku bersandar
dilututnya sekalipun terkadang ia merasa kegelian.
“besok, kalau Juno sudah harus
sekolah, dia akan dimasukkan ke sekolah berbasis islam atau internasional?”
“hhmm, kalau dia masih sekolah,
bagusnya sekolah islam aja, kalo sekalian ada kualitas internasionalnya malah
bagus. Yang penting saat kuliah, dia harus kuliah di luar negri.”
“ouuh, okay. Dimana ya? Jerman?
Inggris? Belanda?”
“no no no. Australia aja,
Melbourne mungkin. Biar kita juga deket kalo sewaktu-waktu mau jenguk.”
Sebentar.. dia baru saja menyebut
‘kita’. Iya kita.
Ah Tuhan jangan biarkan aku
berharap lebih dari hal sekecil ini sekalipun.
Kenapa Kiki harus melontarkan
kata ‘kita’ disaat kami sedang berbicara tentang si kecil buah hatinya dengan
Vika?.
Bahagia dan tercabik-cabik benar-benar menjadi satu didalam hatiku saat
ini.
Bagaimana bisa Kiki menyebut ‘kita’ disaat hubungannya dengan Vika bahkan
masih berjalan dengan sangat harmonis sampai sekarang?.
“boleh boleh.” Jawabku dengan senyum seadanya karena perasaan yang sudah bercampur aduk.
---------
Sekecil itu pembicaraan antara aku dan dia, membahas pendidikan anaknya, Juno.
Sekecil itu juga aku mulai
berharap semoga aku bisa memiliki anak seperti Juno, dan mungkin memiliki
pendamping hidup seperti Kiki.
Sekecil itu juga alasan bagiku
untuk mulai takut kehilangan Kiki dan Juno, bahkan disaat kami tidak memiliki
ikatan hubungan yang jelas.
Sekecil itu pula penyebab aku
kembali menangis dan merasa, Apakah cintaku salah langkah?