10 Januari 2024

Awareness of Self-improvement


Sudah lama tidak berada di kota kelahirannya, hampir 11 tahun ia tidak pernah pulang. Ia kembali karena ada sebuah keperluan yang mau tidak mau harus ia selesaikan sekarang. Mengetahui bahwa ia sedang berada di kota kelahirannya, teman-teman sekolahnya mengadakan reuni seadanya. Ia hadir semalam. Turut berpartisipasi dalam berbagai jenis obrolan dari berbagai lingkaran pertemanan. 


Ia sedang dalam perjalanan ke bandara untuk kembali ke Swiss, tempatnya menetap sekarang. Sebelum menuju bandara, ia ingin diantarkan ke sebuah warung nasi bebek. Ia ingin membungkus sekotak nasi bebek khas Madura kesukaannya. Sepanjang perjalanan, ia melewati tempat-tempat yang dulu sering dilaluinya bersama ibunya. Di dekat pasar ada seorang pedagang nasi pecel yang dulu masih berusia mungkin 50 tahunan. Saat ini, ibu tersebut masih di sana, dan tetap menjual nasi pecel. Namun kondisi fisik ibu penjual tersebut jauh lebih menyedihkan, lebih bungkuk dan nampak sangat tua. Demikian juga masih sama, di sebelah penjual nasi pecel itu, ada sebuah meja besar yang digelar dengan berbagai jenis sepatu bekas di atasnya. Dulu penjualnya adalah seorang bapak tua. Kini ia tidak bisa melihat dengan jelas mana penjual sepatunya. Mungkin bapaknya sedang ke belakang, atau berkunjung ke lapak lain. entahlah. Lapak jualan sepatu itu pun masih sama, hanya saja kondisi sepatunya nampak makin pudar. Di sebelahnya ada pedagang nasi sambel. Sambel Edan namanya. Ya dari dulu namanya tetap sama, mungkin juga penjual dan menu makanan yang dijual juga akan tetap sama; ayam, lele, mujair, ikan pe, pete, tahu, tempe. terong, dan telur lalu sambel dengan berbagai tingkatan pedas. Kain penutup warung nasi Sambel Edan itu juga tetap sama. Warna kuning dengan tulisan berwarna merah dan hijau. 

Ia kemudian menyadari bahwa ya memang beberapa hal itu masih tetap sama, tidak berubah. Jika berubah pun, ya memburuk. Seperti keadaan para pedagang itu dan teman-temannya semalam saat reuni singkat. Ia merasa bahwa pemikiran teman-temannya yang masih tinggal di kota kelahirannya ini masih tetap sama, tetap sempit, dan memandang segala hal hanya dari luar atau fisik semata. Candaan yang dilontarkan masih tetap sama pula; makin gemuk, makin kurus, makin hitam, dan berbagai urusan fisik lainnya. Atau ya kok belum menikah, kenapa belum ada anak, dan sejenisnya. Sebagian besar temannya bahkan hanya melihat kekurangan atau kelemahan orang lain. Di kelebihan pun, mereka masih akan menjadikan itu kekurangan. Seperti ia yang kini tinggal di luar negeri dan menjalani pekerjaan sebagai pengusaha sukses, masih dianggap sebagai pengkhianat negara, mangkir dari ajaran agama karena belum menikah di usia hampir 40 tahun, dan sebagainya. Ia merasa lelah. Jauh lebih lelah daripada menghadapi jutaan pelanggan rewel di restoran dan butiknya. 

Ia merenungi betapa beruntungnya orang-orang yang memiliki kesadaran untuk meningkatkan kualitas dirinya. Ia menghayati lagi apa saja perkembangan diri yang sudah ia lakukan sejak ia meninggalkan kota kelahirannya ini. Ia seketika merasa sangat berterima kasih pada Tuhan karena telah memberinya kesadaran untuk meningkatkan kualitas diri, kualitas hidup, dan pola pikirnya. Ia merasa ia HARUS meningkatkan kualitas dirinya, untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, masyarakat sekitar, agamanya, negaranya, dan generasi masa depan.


Menurutnya semua orang juga harus merasa demikian. Penting untuk terus meningkatkan kualitas diri dan jangan diam di tempat!


For the sake of future generation, please you must improve yourself!







25 Desember 2023

Responding to sadness




“Kamu tahu kalau mamanya meninggal dunia?”

“Iya tahu. Aku ke sana, ke rumah duka.”

“Kok bisa sih kamu ngga ngabarin aku?”
“I am so sorry.”



Sekalipun ia paham caranya berkomunikasi, sampai saat ini masih belum bisa menguasai cara mengkomunikasikan kesedihan, duka, atau hal-hal negatif lainnya. Saat temannya bertanya demikian, ia hanya mampu mengucapkan maaf dan tidak bisa melanjutkan dengan penjelasan tentang mengapa ia tidak mengabarkan pada orang lain perihal berita duka kematian ibu salah satu sahabatnya. Setelah ditanya, ia merenungi pertanyaan tersebut. Ia menerka-nerka penyebabnya. Mengapa ia tidak mengabarkan kepada teman-teman lain tentang berita duka tersebut. 


Mungkin ini karena kebiasaannya. Ia tidak terbiasa membagikan berita sedih, buruk, atau duka kepada orang lain, bahkan jika itu tentang dirinya. Ia terbiasa menyimpan sedih dan dukanya sendiri. Bukan karena ia tak mau membaginya, tapi ya semudah ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara merespon berita sedih, buruk, atau duka. Tubuhnya kebingungan. Baginya, jauh lebih mudah membagi kebahagiaan dan berita baik. Ia akan dengan ringan membagikannya. Ketika ia merasa bahagia, ia akan membagikannya pada orang-orang terdekatnya, bahkan ia ingin ditemani jika memang ia sedang bahagia dan ingin merayakan sesuatu. Namun untuk kesedihan, ia akan seketika diam dan terpatung lalu memprosesnya sendirian.  




17 Juli 2023

Cantik adalah hak istimewa

 Bagi kebanyakan orang, menjadi cantik itu adalah hak istimewa. Segala hal akan lebih mudah jika kamu cantik atau tampan. Akses pada banyak hal juga jauh lebih mudah jika kamu menarik secara fisik. IYA. 

Banyak hal mungkin akan lebih mudah, orang akan lebih memperhatikanmu ketika kamu ingin berbicara atau mengutarakan pendapat. Beberapa akses juga akan lebih mudah saat kamu menarik. Pelayanan atas banyak hal juga lebih baik jika kamu cantik, tampan, dan menarik. 

Tapi di sisi lain, BEAUTY IS PAIN.

Ketika kamu berhasil mencapai sesuatu, kamu akan diremehkan dan dianggap "alah palingan juga karena dia cantik."

Saat di dunia kerja, prestasimu dianggap palsu. Dianggap hasil menggunakan kecantikan sehingga semua dimudahkan dan kamu terpilih.

Dalam urusan asmara, banyak yang mendekat tidak karena melihat hatimu dan kualitas di dalam dirimu namun karena fisik semata. 

Untuk urusan dilecehkan, ya memang pelecahan tak pandang bulu, namun bagi yang fisiknya menarik, kemungkinan dilecehkan ini hadir beberapa kali lipat lebih besar. 

Orang cantik dan tampan juga butuh berjuang dua kali lipat ketika ingin membuktikan sesuatu yang di luar fisik. 

Pada akhirnya, jangan pernah berucap "enak ya kamu cantik, semuanya lebih mudah" sebelum kamu benar-benar pernah berdiri di posisinya. 

And you know what, all of us are beautiful in some way...




07 Maret 2023

Memberi



 Jangan pernah memberi sebelum kamu paham bahagianya memberi. Tanpa memahaminya, kamu mungkin akan berulang kali jatuh ke lahan hitung-hitungan. Bimbang sendiri memikirkan "ya kan semuanya harus take and give". Nah ya itulah intinya. Memberi adalah tentang kamu merelakan sebagian milikmu untuk dibagikan dengan orang lain karena kamu merasa dengan memberi kamu akan belajar artinya melepas kepemilikan, kamu akan belajar merasakan nikmat dan berkahnya berbagi, dan terpenting, kamu akan belajar tentang ikhlas. Jika memberi hanya untuk mengharapkan balas diberi, apa intinya? 

Bukankah lebih enak memikirkan bahwa dengan memberi, mudahnya adalah kita harusnya sadar bahwa kita adalah pihak yang berkelebihan; entah cinta, materi, perhatian, kebahagiaan, waktu, energi, dan berbagai hal positif lainnya. Sadar bahwa kita dalam keadaan berkelimpahan saja bukankah itu sudah menyenangkan? 

Namun...

Memang benar jika kita harus mempertimbangkan urusan take and give dengan catatan; ya kamu memberi memang hanya pada mereka yang membutuhkan saja dan atau kepada mereka yang layak diberi, seperti keluarga dan sahabat. 

Dan sedikit ditambah dengan ingatan bahwa memberi adalah tentang berbagi kebahagiaan. Jika memberi sudah memunculkan drama, then stop! 


--



03 Maret 2023

books




"So many books, so little time."
- Frank Zappa

Di saat yang sama, saya dengan membaca sebuah novel yang berjudul  Before the Coffee Gets Cold karya Toshikazu Kawaguchi. Di dalam novelnya ada bagian yang menceritakan tentang ada hantu di cafe yang membaca buku. Dalam sekian detik saya merasa, "wah enak ya, jadi hantu yang membaca buku. Ia bisa membaca banyak sekali buku dan mengetahui banyak sekali hal dan kisah", lalu saya pun menjawabnya sendiri lah tapi untuk apa? Kita sudah tahu banyak hal tapi tidak memberikan manfaat, kan sudah jadi hantu, sudah mati.

Dalam salah satu keinginan, saya menginginkan kebebasan waktu itu. Saya ingin hari-hari saya berisi dengan membaca buku, memasak, bergaul, menari, dan bercinta. Tidak bekerja namun sehat dan tetap bergelimang harta. Hahahahaaa kebebasan membaca buku adalah momen penting yang saya nantikan jika saya menjadi orang kaya raya tanpa bekerja dan sehat jasmani rohani. 

--


08 Februari 2023

Seharusnya

 




Mengingat mata kecil dan senyum gemasnya.
Seumur-umur berdansa tidak pernah saya melukai wajah siapapun.
Tarian kedua dengannya, DHUG penjepit rambut saya tepat mengenai wajahnya.
Memutar kepala dan mengucap maaf, lalu ia dengan sabarnya "it's okaaayyy"

Ia dengan it's ok-nya membuat saya tidak ok. ha ha
Hati yang tidak ok. bukan yang lain.

Di momen berikutnya, dengan pedansa yang lain.
Ia menghampiri dari belakang.
Berani-beraninya ia main-main dengan iman saya yang hampir sobek ini.
Ia tertawa, saya merana.

hahaha perjalanan hampir satu minggu ini ditutup manis olehnya.

Seharusnya sejak hari pertama ia muncul di jarak pandang.
Seharusnya bukan jenuh yang menyelimuti lantai dansa di Yogyakarta.
Seharusnya hanya padanya mata ini menghentikan pantauan.
Seharusnya saya memuaskan tatapan saat ia masih duduk di hadapan.

Seharusnya...


--


12 Januari 2023

Doesn't For Everyone

 


Pernah banget nih merasakan, kok sepertinya setelah berpisah dengan saya, ini pria-pria masa lalu langsung menemukan jodohnya dan menikah. Saya merasa apa saya semacam batu loncatan kali ya. Hahahaaaa 

Pernah juga jadi berpikir apa yang salah dengan saya? Bagian mana yang saya salah lakukan atau kurang saya lakukan? Kalau ada yang salah atau kurang, kenapa pergi? Kenapa tidak disampaikan dan dibenahi berdua? Kenapa mencari yang lain? Kenapa selingkuh?

Lalu saya teringat sebuah perumpamaan.

Misalkan ukuran kakimu 38. Lalu kamu menerima hadiah sebuah sepatu yang sangat cantik, hiasannya indah, warnanya sesuai dengan kulitmu, semua tampak tepat sampai kemudian kamu menyadari bahwa sepetu tersebut berukuran 37. Ok kamu paksa pakai dan tidak lama kemudian kakimu sakit sampai lecet. Akhirnya kamu putuskan untuk menukarnya ke toko sepatu tersebut. Ketika di toko, perempuan masuk dan mencoba sepatu yang kamu kembalikan. Perempuan tersebut tampak sempurna dengan sepatu ukuran 37 tersebut. Dia sangat Bahagia saat meninggalkan toko karena menemukan sepatu sempurna untuknya. Masa kamu mau marah? Ya nggak dong ya. Atau bahkan misalkan perempuan itu balik ke toko dan ngasih sepatu itu lagi ke kamu, ngga akan kamu terima kan, karena kamu inget gimana sepatu itu bikin kamu lecet dan kesakitan. Sama sekali ngga bisa dipake. Di saat yang sama ingat juga bahwa masih banyak toko sepatu lain yang menjual sepatu dengan desain dan warna yang sama bagus atau bahkan lebih bagus dengan ukuran 38 tersedia untukmu. Jadi kenapa buang waktu meratapi sepatu yang memang bukan untukmu?

Atau makanan deh, sambel. Ya sambel ini emang enak banget buat banyak orang, ya tapi kalau perut dan badan kamu ngga bisa makan sambel karena bikin mual, asam lambung naik, sakit perut, atau bahkan jerawatan, yaudah ngapain dimakan? Kan masih ada makanan lain yang lebih sempurna untuk kebutuhan dan kondisi badanmu. Gitu.. 

Because at the end, we’re not for everyone. Just do your best, don’t focus on how the wrong man fits someone else, but you have to stay focus on how the right man is supposed to fit you.

--



Still about J



 


“Are you at home?”

“Oh hay, iya aku di rumah.”

“Get ready ya, aku sudah di perjalanan, 5 menit lagi sampai.”

“What kind of dress that I should wear?”

“You choose the place, Dear. So suit yourself.”

“Ok.”


__

Mau diulang berapa kali juga, akhirnya yang memenangi tetap Ia yang jauh lebih dominan daripada saya. Saya tidak suka disuruh-suruh dan diperintah, tapi entahlah ya, caranya mendominasi membuat saya meragukan definisi dominasi. Dari KBBI, definisinya serupa dengan penangkapan saya selama ini, tapi rasanya tetap berbeda dengan diperintah. 

Ah, mungkin begini. Diperintah atau disuruh-suruh, terasa memuakkan karena sifatnya paksaan dan ada risiko yang harus ditanggung jika kita membantah. Dominasi meskipun tetap mengandung perintah, namun ada kebebasan dan keleluasaan untuk menolak dan tiada risiko yang mengiringi penolakan. 

Atau gimana?

Well anyway, J akan datang di saat yang tidak pernah saya duga. Bisa di tengah hari, bisa tiba-tiba di sela-sela meeting dengan rekan bisnisnya, atau bahkan seperti sekarang, tepat sepulang saya bekerja. 

--

Di sebuah tempat makan yang saya pilih. Tempat makan yang jauh dari pilihan-pilihannya selama ini. 

“So, how’s your business?”

“Jakarta is fine. Kemarin teman ada yang ajakin bisnis kecil-kecilan, sepatu kulit khusus pria dewasa dan es batu.”

“Hah? Perasaan terakhir kamu cerita bisnis lobster deh. Ini kok udah ke sepatu ama es batu aja,”

“Lobster udah jalan 2 bulan. Oh ya maaf belum cerita updateannya.” Dia tertawa, lesung pipitnya membuat saya harus menahan senyum karena DUUH ganteng banget sih. 

“Jadi, yang lobster kemarin kan rencananya ke area Bali aja, tapi ini ngga nyangka bisa sampe ke NTT, NTB dan ini partner bisnisku bilang mungkin di minggu depan akan ada tawaran ke pulau lain.” Dia melanjutkan ceritanya.

“NICEEEEE. Trus ini kenapa tiba-tiba es batu?”

“Iya, itu tawaran dari temen SMAku dulu, yaudalah yaa join aja modalnya kecil kok. Tapi untungnya gede bangeeeettt.”

Pembicaraan kami terus berlanjut. Mendengar cerita-ceritanya ini selalu bisa memotivasi saya untuk terus maju, terus meningkatkan nilai diri, dan terus belajar. Mungkin memang benar apa yang sering diteriakkan di media sosial bahwa kamu adalah bagaimana orang-orang di sekitarmu, kamu adalah apa yang kamu konsumsi termasuk konsumsi untuk telinga dan otak. Setiap kali dia bercerita tentang bisnisnya, saya terasa diajak masuk seolah saya adalah bagian dari bisnisnya. Ia tahu saya tidak semahir pengalamannya dalam berbisnis, namun Ia yang tetap meminta pendapat saya tentang ini dan itu membuat saya merasa dihargai dan dianggap ada. Seringnya juga ia menerapkan pendapat yang saya berikan. 

“Lain kali kabarin ya kalau mau social media blackout!”

“iya.”

“Kalau kamu tiba-tiba ngga ngepost apapun, rasanya kayak kamu tinggal diam-diam.”

“Ya kan bisa chat aja atau telfon.”

“Iya sih, but still, i wanna see your updates on social media.”

“Will do, Sir.”

Bertemu dengan J meskipun tidak bisa terlalu sering, namun selalu menyenangkan, menenangkan, dan menyegarkan. 

“Your house or somewhere else after this?”

“My house.”

“Red or white?” 

“White please.”

“Ok, let’s go home, Love.”

“Tomorrow morning again?”

“Oh nggak, kali ini aku akan bersamamu 2 hari.”

“Kalau dua hari ngga akan cukup 2 botol.”

“Halah gampang.”




--


10 Juni 2022

HAPPY COMEBACK BTS


 


Aduh duh duuhh begini toh rasanya menikmati idol yang comeback. Dulu pas demen ama idol lain, ga pernah nungguin mereka comeback. hahahaa :))


Bangtan emang beda kok ya..


Well anyway, lagi mau cerita sedikit isi kepala aja. 

Mencintai BTS ini mengajarkan banyak hal, tentu. 

Mengajarkan untuk tetap ingat apa yang menjadi pijakan atau dasar kita melakukan apa yang kita lakukan sampai sekarang. Untuk mereka, ini tentang kecintaan mereka pada musik. Lah kalau kita? 

Apa yang mendasari kita melakukan pekerjaan kita? selain faktor uang loh ya..

Cuma memikirkan pertanyaan itu aja, udah diam termenung nih sayanya. hahahaaaa apa yaaa..

Mencintai BTS, ya ngehaluin mereka lah ya intinya. 

Kita tuh tidak bersaing dengan sesama ARMY, tidak dengan fandom lain, tidak dengan fans lain. Tidak dengan siapapun kecuali diri sendiri. 

Bersaing dengan akal sehat kita sendiri. 

Bersaing dengan kesadaran akan seberapa jauh dan mampu kita mendukung mereka.

Bersaing dengan keadaan kita, keuangan kita, kewarasan kita, kontrol diri. 

Pada akhirnya, mencintai BTS selalu mengajarkan untuk melihat diri sendiri dengan lebih dalam. 

Lebih mengenali diri sendiri. Dan ini sangat menyenangkan.. :)


20 Mei 2022

Ideal Day

 



Ketika menjalani hari yang ideal, semuanya terasa seimbang.

Body, mind, and soul.

Hari yang ideal akan dimulai dengan kepastian bahwa saya tidak perlu memikirkan bagaimana keadaan finansial saya? bagaimana urusan keuangan ini di masa depan. Karena dengan demikian, saya bisa terbebas dari kewajiban bekerja dan mencari uang. 

Selanjutnya, hari yang ideal adalah ketika saya terbangun tepat saat subuh, berbincang dengan Tuhan. Mengenakan pakaian olahraga, jogging atau bersepeda sembari menghidup udara pagi, beristirahat dan mengambil sebuah foto yang menunjukkan indahnya alam yang saya lintasi, memilih lagu-lagu terbaik dari BTS untuk menambah semangat saat berolahraga, tiba lagi di rumah dan membuat sarapan smoothies, minuman air limun atau susu kedelai. Mandi dan mengenakan pakaian santai. 

Menghabiskan sisa pagi dengan membaca buku. Saya suka genre self-improvement, hostorical romance, thriller, crime, atau buku-buku yang pernah dibaca oleh anggota BTS. Tapi kali ini, saya memilih buku self-improvement. Saya membaca buku di ruang tengah dengan latar lagu yang menenangkan hasil mengecek playlist di Spotify. 

Makan siang dengan nasi merah, lauk ikan gindara, dan sayuran. Terakhir saya melengkapi dengan potongan buah naga merah dan air mineral. Demikian saja sudah sangat melegakan dan menyenangkan perut. 

Setelahnya saya tidur siang, nyenyak dan tanpa halangan atau kegaduhan apapun. 

Bangun di sore hari, mandi, lalu menyiapkan makan malam. Susu protein sepertinya cukup. Dan segelas wine merah pemberiannya. Dia selalu rutin memberikan wine kesukaan saya, karena hanya dia yang tahu betul apa selera saya. 

Menghabiskan malam dengan nonton satu atau dua film dari Netflix. Saya kurang suka film seri akhir-akhir ini. Terakhir saya melihat docuseries dan bosan. Demikian juga drama korea yang sedang melejit saat ini, baru menonton dua episode, saya bosan. Film adalah pilihan terbaik. Setelahnya saya menghabiskan waktu di kamar, beberapa kali scrolling konten tentang BTS untuk memastikan saya tidak tertinggal apapun. Menyisakan satu jam untuk membaca buku, menulis jurnal, meditasi, lalu bersiap tidur dan mengulang hari seperti tadi. 

Di akhir pekan, saya akan menghabiskan malam dengan makan malam di luar, entah sendiri atau bersama dengan keluarga, teman, sahabat, atau siapapun. Minggunya, saya akan berwisata entah ke mana saja kaki memilih tujuannya. 

Bagi saya, itu adalah hari yang ideal. 

Hanya begitu.

14 Mei 2022

My Dream Life Look Like

 


Beberapa kali meluangkan waktu untuk diri sendiri. Di akhir pekan, di usai jam sibuk, kapanpun pikiran bisa sedikit mundur dari keriuhan, saya selalu memikirkan bagaimana kiranya kehidupan yang sebenar-benarnya saya impikan? 

Tidak artinya kehidupan yang saya jalani sekarang jauh dari baik-baik ya! Hanya saja, jika bisa menjalani kehidupan impian dengan kebahagiaan utuh dan tanpa kekhawatiran, saya rasa ini adalah jenis kehidupan yang akhir-akhir ini saya dambakan. 

Kebahagiaan

Tiada seorangpun yang memimpikan keburukan, kesedihan, kesengsaraan, dan kegetiran bukan?

Demikian juga dengan saya. Mengiringi mimpi, jika bisa memilih, saya pasti akan memilih kehidupan yang penuh kebahagiaan. Bahagia bagi saya tak harus disimbolkan dengan tertawa lepas, senyum riang, atau air mata suka cita. Bahagia ya semudah menjalani kehidupan tanpa kekhawatiran. tidak terbebani, bebas melangkah, dan dipenuhi ketulusan. Ketika dikelilingi dengan orang-orang yang satu visi, penuh cinta, dan saling perhatian. Berada di lingkungan yang penuh toleransi dan kepedulian. Dulu saya kira saya akan bahagia jika menua di kota besar, tak jauh dari hiruk pikuk lambang kehidupan. Saat ini tidak, saya lebih merasa bahagia menua di ketenangan. Saya akhirnya menjadi kebanyakan orang yang ingin menghabiskan masa tua dengan tenang. 

Rumah tepi pantai

Ada beberapa orang yang memilih tenang tinggal di kaki gunung, di sekitar ladang, sawah, bahkan tenangnya hutan. Tapi saya akan memilih kehidupan impian di pinggir pantai. Bukan pantai pusat tujuan berlibur, tapi pantai yang tenang dan tetap tidak jauh ditinggalkan peradaban. Pantai yang desiran ombaknya menghanyutkan sekaligus menangkan. Tak akan bisa digantikan dengan apapun. Sekalipun dalam kehidupan nyata, saya tidak bisa berdamai dengan pantai dan kehidupan di sekitar pantai, tetap saja, saya berharap kehidupan impian saya adalah bisa dan mampu tinggal di pinggir pantai tanpa takut menghadapi risiko yang ada. 

Membicarakan rumah di tepi pantai, hidung dan otak langsung menangkap aroma chamomile, butter, almond, jasmine, sandalwood, vanilla, dan kombinasi musk sebagai aroma yang akan melekat menyatu dengan tubuh saya. 

Linen 

Kehidupan impian bagi saya adalah tentang berpakaian senyaman mungkin, seringan mungkin, dan semanis mungkin. Gaun tipis berbahan linen adalah jenis pakaian yang memenuhi lemari pakaian saya. Warnanya sangat berbanding dengan koleksi pakaian saya saat ini. Kelak, saya akan memilih warna-warna lembut, putih, khaki, dusty rose, soft blue, abu-abu, lilac, cream, beige, light green, dan sejenisnya. Pakaian tidur saya juga akan setipis dan senyaman mungkin. Selain pakaian tadi, lemari saya akan dilengkapi dengan berbagai pakaian dalam yang tipis namun cantik, dan aneka pakaian renang dalam bentuk swimsuit, bukan bikini. Saya tidak terlalu suka bikini. 

Sehat

Di rumah tepi pantai, beraromakan khas musim panas, dengan gaun linen cantik, saya akan menjalani kehidupan dengan segala hal yang sehat. Mental yang sehat, hubungan yang sehat, dan tubuh yang sehat. Tubuh yang sehat tentu seiring dengan makanan sehat,  menggunakan bahan-bahan mentah yang selama jarang saya gunakan sehari-hari. Saya mulai dan membiasakan diri dengan konsumsi makanan sehat dan alami. Lalu tentu saja tidak memusingkan pekerjaan yang beriringan dengan target dan tenggat waktu. Kehidupan saya hanya akan dipenuhi dengan bangun pagi, menyesap air lemon jahe, olahraga, membuat sarapan, menyiapkan kudapan dan makan siang, membaca buku, menulis di blog, menata rumah, bersosialisasi, berenang, berdansa, berleha-leha, segelas limun, berbincang, bercinta, dan makan malam di luar sesekali sambil menjelajah rasa bersama pasangan saya. Pekerjaan dan mencari nafkah biar menjadi urusan pasangan saya. Anak? saya tidak melihat gambaran anak di kehidupan impian saya. Hanya ada saya dan pasangan saya. Mungkin anaknya, tapi ia sudah dewasa dan memutuskan tinggal mandiri di belahan dunia lainnya.

Keliling dunia 

Tidak pernah pasti, namun rutin. Saya dan pasangan akan meluangkan waktu untuk berkeliling dunia. Menghabiskan waktu berbelanja di berbagai sisi dunia. Mempelajari berbagai budaya dan bahasa yang ada. Saling menatap penuh cinta ketika menghadiri berbagai acara menyenangkan di banyak negara. Menghadiri acara musik dengan pakaian indah, serasi, dan tampak sangat pantas. Mencoba berbagai pasta dan teh. Menikmati minuman dari setiap bar yang kami kunjungi. Tanpa mengunggah apapun di Instagram. Hanya saya, dia, dan keindahan dunia. 



03 Februari 2022

Dunia Membutuhkannya

 


Di tengah kondisi yang serba tidak menentu, saya rasa dunia paling membutuhkan cinta. Tidak semata-mata cinta antara sepasang kekasih. Cinta yang cakupannya lebih dari itu. Cinta pada diri sendiri, cinta pada keluarga, cinta pada teman, cinta pada pekerjaan, cinta pada orang di sekitar, cinta sebagai bahasa yang sebaiknya kita gunakan ketika berkomunikasi. 

Dengan menerapkan bahasa cinta, apapun yang akan kita lakukan, rasanya akan berkali lipat lebih indah, menenangkan, dan menyenangkan. Untuk diri sendiri dan orang lain. 

Melakukan apapun berlandaskan cinta juga akan terasa lebih melegakan. 

Jika kita melakukan apapun atas dasar cinta, kemudian menular pada orang sekitar, menyenangkan sekali bukan rasanya?

Dari cinta, kemunculan berikutnya adalah kepedulian, empati, simpati, rasa sayang. 

Membayangkan betapa indahnya kita semua berkomunikasi dengan bahasa cinta dan atas intensi cinta saja sudah sedemikian membahagiakan. 

02 Februari 2022

Admire Them

 


BTS. I admire them the most recently. For their hard work.

01 Februari 2022

My Favorite Place




Tempat terfavorit. 
Yang ada di benak ketika membahas tentang tempat terfavorit adalah tempat di mana ketika berada di sana, kamu merasa nyaman. Nyaman dengan dirimu, nyaman dengan kondisinya, nyaman dengan bagaimana emosi yang kamu rasakan ketika di sana; entah ketenangan, keriangan, syukur, dan perasaan lainnya. 

Saya pernah merasa tempat terfavorit adalah tempat tidur, kasur, buku, dan alunan musik yang menenangkan pendengaran. 

Saya juga pernah merasa bahwa mall adalah tempat paling favorit, sampai kemudian saya merasa mall terlalu riuh, terlalu memusingkan. 

Sempat juga saya berandai-andai, apakah pantai adalah tempat favorit saya?

uum uumm, bukan. 

Saya tidak merasakan kenyamanan di pantai, di gunung, di alam. 


Lalu saya menemukan sebuah tempat yang saya merasa nyaman dan senang.

Lantai dansa.

06 Januari 2022

Sederhana

 

Saya tahu dia lelaki yang salah.

Tapi toh ini untuk bersenang-senang. 

Saya suka menjalani aktivitas dengannya. Berbicara, bercanda, menonton film bersama di sofa ruang tengah rumah saya, menertawakan adegan-adegan tak tepat nalar, mengutuki skenario aneh dari tontontan di layar, meringkuk bersama dalam satu selimut, berbagi minuman dalam satu gelas yang terus-menerus diisi, saling membelai rambut, membelai paha, dan berbagai belaian lainnya, makan berdua, memasak untuknya, memarahinya ketika piring yang harusnya dicuci justru pecah, menariknya ke kamar, bercinta, berpelukan, berciuman, memanggilnya untuk mandi bersama, dan tidur bersama. 

Saya suka menjalaninya.

Tapi yang saya juga sadari adalah semua itu tidak akan untuk selamanya.

Bukan terhalang kematian, namun lebih ke apapun yang ada di antara kami ya sifatnya memang sementara.

Kami tidak akan mempertanyakan intensi satu sama lain, karena kami sudah cukup paham untuk menjalani ini tanpa banyak mengajukan tanya. Terima saja begini adanya. 

Saya menjadi peduli ketika ada nominal tertentu masuk ke rekening. 
Saya peduli ketika kami sedang bersama di ranjang. 

Sudah, hanya di sana letak kepedulian saya. 

Dan jika kami harus menyudahi semuanya di sini, pasti tidak masalah. 

Kami akan saling meninggalkan, tanpa perpisahan, dan lekas menemukan yang baru.

Sederhana.



04 Januari 2022

Secret Sex



Kalian pernah bersetubuh dengan seseorang lalu ia berpesan "please, keep this secret"?

Apa jawaban kalian?

Apa perasaan kalian?


Ia akan bilang bahwa apa yang kalian lakukan menyenangkan, menggiurkan, menenangkan, menghanyutkan, dan adiktif. Tapi selesai di sana. Tidak lebih. 

Ia menikmatimu di ranjang, tapi enggan mengakuimu di depan umum. 

Bukan salahmu, bukan salahnya. 

Kalian hanya perlu menentukan prioritas. 


Ketika ia meminta sesuatu yang disebut secret sex, tetapkan prioritas bahwa yang kamu inginkan pun memang hanya sex, bukan pengakuan, bukan romansa, bukan keintiman. 

You're enjoying the sex, no more. 

and he can give you that. 

less drama, more satisfaction.


Kamu bahagia,

Dia bahagia,

WIN WIN, RIGHT?


Kalau ia tidak menganggapmu di depan umum, ya tak perlu anggap dia juga di depan umum. 

Kalian hanya perlu saling mengakui kebutuhan dan kehadiran saat di ranjang.

That's all.

14 September 2021

Akhir Musim Gugur

 


Dua tahun seharusnya cukup untuk memutuskan apakah akan dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius atau menunggu beberapa waktu lagi. 

Kisah kami berakhir juga seperti yang sudah-sudah.

Hubungan berakhir dan mimpi kami gugur tepat di akhir musim gugur. 

Jangan tanya bagaimana rasanya?

Mana ada perpisahan yang tidak menjejakkan luka?

Jika boleh jujur, luka ini adalah yang terindah. 

Saya melepasnya dengan senyuman paling tulus dan berbinar.

Saya mengantarnya ke bandara kala itu, mengalungkan hadiah terakhir sebuah syal berwarna coklat tua, warna kegemarannya. Pun sangat sesuai dengan musim yang akan ia sambut di Negara asing itu. 

Jika harus diberi suara latar, sepertinya lagu Chrisye yang berjudul Pergilah Kasih adalah lagu paling sempurna. Saya melepasnya agar ia meraih mimpinya; sekalipun harus melepas mimpi kami. Namun, jika ini untuk bahagianya, sudah perkara telak jika saya mengalah, toh bahagianya adalah salah satu sumber kebahagiaan saya. 

--

3 tahun berlalu...

Saya melihatnya di layar televisi, di jutaan video Youtube, setiap jenis sosial media, dan berbagai portal berita.
Saya lega, lelaki tercinta akhirnya memeluk kesuksesannya.

Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke Whatsapp saya.

"Kalau ada waktu, dua minggu lagi, bisa bertemu denganku?"
"Kamu pulang?"
"Iya. Gimana? bisa?"

Di hari yang kami sepakati, saya bersiap. 

Memoles wajah sebaik-baiknya, memilih pakaian terbaik, dan penataan rambut pun tentu yang terbaik.

Saya sudah di depan hotel yang Ia sebutkan, namun urung bertemu. 

Halaman hotelnya penuh.

Ia tak bisa dihubungi. 

Dua jam lebih empat belas menit. 

Saya masih menunggunya dan Ia tetap tak memberi kabar.

Di saat seperti ini, saya tidak khawatir.

Saya hancur; bukan karena kami batal bertemu, namun karena yang kami khawatirkan selama ini akhirnya terjadi. 

Ia tak lagi bisa bersama orang-orang terdekatnya dengan mudah.

Ia tak lagi bisa bercerita dan berjanji temu di tempat mana pun yang ia suka.

Ia tak lagi bisa melakukan segala kegiatan pelepas penatnya seperti sebelumnya.

Ia menjadi burung rupawan di sangkar emas. 

Dan ya, Ia terjebak. 

Saya terjebak. 

Masa depan kami terjebak. 

--




09 September 2021

Do you want to get married?

 



Pertanyaan gitu tuh udah seperti pertanyaan rutin bulanan yang saya terima, entah dari keluarga besar, entah dari teman, kenalan, atau bahkan rekan kerja. Setiap ditanya, jawabannya tentu beda-beda, tergantung situasi dan perasaan saya saat itu. Perasaan ini maksudnya apa yang sedang saya rasakan akan pernikahan. 

Ada masanya saya benar ingin menikah, ada masanya saya tidak tahu apakah menikah itu benar-benar perlu, ada juga masanya saya tidak ingin menikah sama sekali. Nah, jawaban yang saya berikan bergantung pada apa yang saya rasakan saat ditanya. 

Seringnya, saya merasa ingin menikah ketika yaaa emang saya lagi punya pasangan.
Kalau pas lagi lajang, apa tuh nikah? hahahahaaaaa~ 

Nah, pas terakhir ditanya, semalam, oleh teman saya karena dia penasaran kok saya kayak ga keliatan nyari pasangan gini sih. Saya sih jawabnya pengen. Membayangkan tinggal bersama lelaki yang nemenin kita cuddling tiap malam, cekikikan bahas hal-hal receh, tanpa memikirkan punya anak atau ngga, dan memiliki dua income dalam satu rumah. WOOW NICE. 

Sementara begitu, ga tahu deh minggu depan, bulan depan, tahun depan.
Nguahahahahaaaa :))

TAPI KAAAANNN menikah ngga pernah semudah itu, apalagi untuk orang-orang yang masih belum paham dan siap dengan KOMITMEN. Waduuuhh PR bund...

Harus sama-sama paham deal-breaker masing-masing apa.
Prinsip hidupnya gimana.
Kekurangannya ngaco banget ga, bisa ditoleransi ngga.
Pandangannya soal agama gimana.
Pemikiran dan pengelolaannya tentang keuangan pribadi dan rumah tangga sesuai ga.
Keluarganya, keluarga besarnya serusuh dan serumit apa.
Mau punya anak ngga, kalau mau, pola asuhnya gimana.
Setelah menikah, akan menetap di mana.
Kalau salah satu tergiur dengan pihak lain, diatasinya dengan memaafkan atau pisah. 
Dan banyak hal lain yang harus banget dibicarakan di depan sebelum memutuskan menikah.

Menikah tidak pernah tentang menabung dan mempersiapkan hari H pernikahan.
Tidak juga tentang merayakan dan berpesta sampai berhari-hari.
Bukan juga tentang melakukan hubungan badan tanpa dosa dengan alasan kan supaya halal.
Pernikahan tidak hanya tentang akhirnya hamil dan memiliki anak  yang lucu dan menggemaskan.

Pernikahan selalu rumit sekalipun ya, memang, ada bahagia dan tawanya.
Pernikahan melibatkan kesadaran penuh, pikiran, jiwa, dan hati. 
Pernikahan memakan waktu yang panjang, sangat panjang. 
Pernikahan membutuhkan kekuatan yang luar biasa.

Nah, kalau udah mikir kompleksnya gini, jawaban yang tadinya YAA PENGEN NIKAH bisa sedetik berubah jadi HHMM NGGA DULU DEH..

Dan karena hal itu, saya selalu kagum dengan teman dan orang sekitar saya yang akhirnya menemukan pasangan, berkenan berkomitmen, dan tetap menjalani pernikahan sekalipun saya tahu mereka sedang babak belur. Saya kagum dengan betapa besarnya keyakinan dan kekuatan mereka, karena saya tidak punya itu semua. 

Untuk kalian yang sedang berbahagia di pernikahan, selamat ya!
Untuk kalian yang sedang berjuang di pernikahan, semangat ya!
Untuk kalian yang sedang meragukan pernikahan, sini pelukan!

--












03 September 2021

Blue...

 


Iya, sedang mencoba mendefinisikan mood beberapa minggu ini. 

Merasa sangat mellow tapi bukan sedih atau emosi negatif lainnya. Merasa sedang butuh banyak asupan ketenangan dan memikirkan banyak hal dalam hidup yang selama ini seperti tersingkir dari prioritas. 

Kadang sadar feeling so blue-nya gini tuh lewat musik-musik yang didengerin. Nah, akhir-akhir ini musik yang sering didengerin tuh yang slow, calming, bahkan ada yang into broken heart gitu. Ngga kok, sayanya ngga lagi broken heart tapi. Cuma ya musik-musik patah hati tuh kan kalau kita kesampingkan liriknya, melodinya suka bikin perasaaan yang mellow ini jadi kayak makin disuapin gitu ya kan. 

Udah nyoba dialihkan dengan dengerin lagu yang lebih semangat, tapi ya kayak menolak aja kupingnya. nguahahahaa :))

Kalau udah kayak gini, bawaannya lebih pengen rebahan, diem di kamar, kegiatannya cuma kerja, baca, mikir, makan, mandi, dan diulang aja terus. Kayak jadi kurang ada geliat untuk bersosialisasi bahkan lewat media sosial.

Tapi setelah disadari, ya i love this kind of feeling. Feeling so blue, calm, and reserve






02 Agustus 2021

Vanilla Ice Cream

 


Jauh sebelum beberapa episode PPKM, kami menyepakati janji temu di sela kesibukannya.

Ia memberikan pilihan tempat kami bertemu, saya yang menentukan di mana dan jam berapa kami siap.

Ia tiba lebih dulu, memesan segelas minuman yang tak akan pernah mau saya coba. Sudah memesan hidangan pembuka. 
Untuk menu utama, saya menyamakan pilihan dengannya.

Sembari menunggu, kami membicarakan banyak hal kecuali keluarga masing-masing.

Ia menceritakan serunya dunia kerjanya, bisnisnya, hobinya, cita-citanya, dan prinsipnya. 

Saya menceritakan manisnya pekerjaan saya saat ini dan apa yang ingin saya capai di tahun-tahun mendatang. 

Sengaja atau tidak, perlahan kami saling menyentuh. 
Sentuhan kecil yang tersembunyi di balik meja.

Candaan, senyuman, dan sentuhan-sentuhan manis di salah satu sudut sebuah restoran adalah salah satu aktivitas Jumat malam yang akan selalu saya inginkan; dan dengannya, ini berubah jadi sempurna. 

--

"you want dessert?"

"yes, please."

Setelah beberapa menit, waitress memberikan menu dan tetap berdiri di sana sampai saya memutuskan pilihan. Ia pamit menerima telepon dari rekan kerjanya. Urusan bisnis, tak akan ada akhir pekan. 

"So, what did u choose for dessert?"

"Cheesecake with vanilla ice cream."

"Which one that you love the most, cheesecake or vanilla ice cream?"

"Vanilla ice cream."

"Even if I put it on my body, would you eat that?"

"Hello hello, dirty mind buddy. That's in my mind now. But well, not gonna eat that, but lick. I'd love to lick it."

"Damn you!"


--

Kalian sudah pasti paham ke mana tujuan kami seusai makan malam.


--





02 Juli 2021

Terbaik



Sejak terakhir kami bertemu, baru kali ini kami menentukan waktu untuk bertemu sekali lagi. Pertemuan yang saya harap bukan kali terakhir.


Jakarta.


Sebelumnya dia sempat bimbang, mengirimkan tiket pesawat untuk tujuan Samarinda, Lampung, atau Jakarta.


Baru di H-4 keberangkatan, ia menentukan Jakarta, tempat ia lahir, tumbuh, dan sukses.


Ia mengirimkan tiket dengan pilihan maskapai terbaik, kelas terbaik, dan pelayanan terbaik. Ia mempersiapkan semuanya dengan rapi dan sangat detail. Meluangkan waktu untuk bertemu saja sudah hal yang mengejutkan bagi saya, namun menyempatkan mengurus ini dan itu urusan perintilan, adalah level yang jauh berbeda. Jika sudah begini, bagian mana lagi dari hidup yang harus saya keluhkan? 


Ia memesan sebuah kamar yang harusnya ia janjikan untuk pertemuan pertama. Kamar mewah dengan pemandangan yang menyenangkan. Ketika saya tiba di kamar, matahari sudah jauh tenggelam. Membuka jendela dan mendapati apa yang tertangkap mata, saya seolah tidak berada di Jakarta dengan segala riuh dan kesibukannya. 


Saat menulis ini, saya sedang sendiri di kamar. 

Ia masih menemui rekan-rekan bisnisnya di meeting room hotel ini. Membicarakan bisnis skala besar yang kelak akan menjadi peluang bagi kami untuk bepergian ke luar negeri dengan lebih sering. 


Ia memang lelaki terbaik, melakukan dan memberikan hanya yang terbaik.

Namun, apakah saya adalah pilihan terbaik baginya?


--



23 Februari 2021

Hunting, doing, leaving.

 


 

 

“hai there”

“hai you, it’s really nice to match you. Have a nice day”

 

--

“how about move to whatsapp?”

“ok.”

 

--

“hai bu dosen.”

“hai, how could you know? I never mention that on my profile there.”

“welcome to digital era.”

“nice. You’re profiling me huh?”

“ofc.”

“why?”

“Because I wanna be your friend, not just sex buddy.”

“Pardon me?”

“yeah, if I just wanna fuck, I’m not gonna spend my energy to looking for who you are, how do you do for your life, I don't know, somehow i feel like we're connected. Ah i even looking for your recent location.”

“You’re looking for my recent location?” 

“yes. I have resources.”

“oh no. you can just ask me, and i’ll answer everything.”

“I’m not sure.”

 --

He called.

He talked.

He’s “someone”, he’s special.

He’s extremely hot. Even in his age, 50 I guess. Another old man come into my life.

He’s cool, super cool, super hot, his voice is omg; I just can’t handle his whispering voice.

Yah, he’s so special.

But not for me.

At the end, he’s just like any other man out there.

Hunting, doing, leaving.

 

--

That was the beginning of me feeling easily get bored.

I guess I start to love being alone again.

Do everything by myself. 

 

--

But, being with him for the rest of my life sounds perfect. 

 

thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana