23 Desember 2015

Kadaluarsa


Pernah melihat film milik Raditya Dika yang berjudul Cinta Brontosaurus?
NAH!
begitulah kurang lebih postingan ini.
tentang CINTA YANG BISA KADALUARSA.

Awalnya saya masih sangsi, masa iya cinta yang konon adalah perasaan paling murni, bisa kadaluarsa?
Dan setelah menjalani beberapa fase kehidupan (halah), iya saya akhirnya percaya bahwa cinta benar-benar bisa kadaluarsa, kehilangan kenikmatannya, kehilangan rasanya, kehilangan percikannya. Cinta bisa jadi hambar. 

Tanpa sadar beberapa kali saya pernah merasakan cinta saya pada lelaki sudah hambar, entah apa penyebab utamanya, cinta yang indah dan manis itu mendadak jadi hambar. Rasa yang awalnya begitu menggebu, segala sesuatu cenderung tentang dia, mau makan, mau minum, mau jalan, mau mandi, mau nafas pun ingetnya dia, begitu saja terus sampai tiba di titik kadaluarsanya cinta. 

Ketika cinta kadaluarsa, apapun yang dia lakukan semua nampak salah. 
Harumnya yang dulu kita puja, kini memuakkan. 
Tawanya yang dulu mampu turut membahagiakan kita, kini terlihat menyebalkan.
Candaannya yang dulu menyenangkan, kini menjadi hampa.
Bentuk tubuhnya yang dulu kita agungkan, kini terasa seperti makhluk paling menjijikkan.
Semua kebaikan yang pernah dia lakukan, kini nampak fana. 
Pesan-pesan singkat darinya yang dulu selalu kita nanti, kini seperti petaka yang ingin kita hindari.
Singkatnya, kini bahkan bernafaspun, DIA SALAH. 

Kemudian barangkali karena hidup adalah tentang roda yang berputar, maka saya pun merasakan menjadi orang yang tak lagi dicintai oleh dia yang sangat saya cinta.

MUNGKIN, saat ini cintanya untuk saya sudah kadaluarsa. 

Ya kalau dalam pemikiran sarkas, saya malah merasanya jangan-jangan yang kemarin bukan cinta tuh dianya, tapi ketergantungan karena keadaan. Dia yang sedang sendiri, tak ada siapapun yang menemani, dia yang dalam kondisi terendah (menurutnya) dan saya kebetulan ada di sana untuk menemaninya. Muncullah ketergantungan itu, muncullah rasa yang supaya mudah, disebutlah rasa itu sebagai cinta. 

Waktu bergulir, berbagai kejadian mengisi hidup dia, hidup saya, hidup kita.
Dia sudah bukan lagi sosok lelaki yang saya cintai, dia sudah bukan lagi lelaki yang menginginkan adanya KITA. Ringkasnya, kini apapun yang saya lakukan, bagaimanapun kemajuan yang saya miliki, kenangan indah apapun yang pernah ada antara saya dan dia, SEMUANYA NAMPAK SALAH di matanya. Keberadaan saya di hidupnya adalah kesalahan baginya.

Perih? sedikit.

Tapi toh hidup adalah proses menemukan. 
Kondisi dia dan saya sudah tak lagi berada di frekuensi yang sama.
Kita sudah tidak bisa lagi saling bertemu.

Jika keadaan sudah menuju ke arah tersebut, 
ingat saya bahwa "HIJRAH" ada untuk kita yang mau bergerak ke arah yang lebih baik saat kondisi sekarang sudah tak lagi memberi manfaat.  

Menghapus kenangan dengannya, menghapus cinta indah yang pernah ada, menghapus semua foto tentangnya memang tidak mudah. Tapi, apa lagi yang kita nanti jika di depan, Allah sudah mempersiapkan jalan baru yang lebih baik, tangga kehidupan baru yang membawa kita selangkah lagi mendekat kepadaNya. 

Bismillah, semoga berakhirnya satu babak ini akan membawa saya (atau kita bagi yang sedang mengalami hal yang sama) ke arah yang jauh lebih baik dan indah. AAMIIN. 


 
Salam, 
 



thank you for coming reader |read my older posts please | nhaz montana