Kamar di hotel yang sama, dengan nomor yang berbeda.
Adalah aku yang haus akan tumpukan rupiah
Membiarkan ia lelaki asing menumpahkan hasratnya
Sekuat hati menyesap nikmat sekalipun tak pernah khidmat
Bermandikan cairan hangat pertanda puas, sama-sama puas.
Seingatku harga yang ia beri sama dengan lelaki pemilik
zakar liar lainnya
Bagaimana bisa sentuhannya basah menembus tiga perempat
hatiku?
Bagaimana bisa tatapannya menyerbu ganas menyusup mata
kalbuku?
Bagaimana bisa jilatan nafsunya membuatku candu?
Ada yang salah dengan lelaki ini,
Atau aku yang salah menyiapkan tubuh dan liang ragaku?
Ataukah jiwaku yang mulai lelah menggendong atribut pelacur
nomor satu?
Adalah aku, Mahya,
Yang sedang berpose
panas membiarkan ia menelanjangiku di atas sketsa putihnya
Menggerai rambut panjangku, demi memenuhi sisi erotis untuk
sebuah karya
Terbelenggu nafsu mempersilahkannya memandang lekat
payudaraku.
Lakukanlah semaumu, Arjunaku.
Atas nama Dewa Dewi mencipta keindahan dunia,
Adalah Mahya yang matanya menyiratkan cahaya gemerlap surga
Adalah Mahya pemiliki bibir tipis dengan kuluman seribu
nikmat
Adalah Mahya berambut panjang tergerai bebas, menggelitik gairah
sensual tiap pria
Adalah Mahya yang tiap lekuknya merupakan peluh pembangkit
nafsu paling rapuh
Adalah Mahya dengan tawanya yang memicu adrenalin
penyemangat hidup sekalipun dalam pilu
Adalah Mahya, sesosok bidadari penabur pelangi rasa tanpa sayap putih
Dan akulah Arjuna,
Ciptaan sang Kuasa yang kini tertunduk
menyerah
Dihajar habis oleh pesona mematikan pelacur nomor satu
Melempar perisai angkuh, dan tunduk pada panah cinta atas
nama Mahya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar