Surabaya, 12 Oktober 2011
Di ruangan seorang manager sebuah kantor ternama
--
“Silakan duduk.”
“Terima kasih.”
“Jadi, baru lulus ya?”
“Iya. Saya bahkan belum menerima
ijazah.”
“Ah ya, wawancara kali ini akan
lebih bersifat personal, pertanyaan standar tentang pekerjaan dan segala hal
yang umum sudah pasti telah diajukan saat wawancara dengan tim SDM. So here we
go, making a good chemistry between you and me as your manager… soon.”
“Ok.”
“Kenapa ingin segera kerja? Tidak
ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman?”
“Sudah cukup waktu untuk
teman-teman, sekarang waktunya membiayai tagihan-tagihan hidup atas nama saya,
waktunya merencanakan keuangan terbaik sebelum meninggalkan rumah.”
“Kenapa harus meninggalkan rumah?”
“Boleh menjawab jujur atau harus
klise?”
“Hahaha apapun jujur lebih baik.”
“Karena saya ingin memasukkan
lelaki ke dalam kamar saya dan bebas melakukan apapun tanpa dimaki anak durhaka
tak tahu adat dan saya juga sudah harus belajar hidup mandiri karena
rasa-rasanya menikah yang bagi kebanyakan perempuan dianggap sebagai jalan
pintas keluar dari rumah dan meninggalkan orangtua terlihat jauh dari
angan-angan saya saat ini, so yes, i must do it by myself.”
“Oh wow." Ia mengetuk meja tiga kali dengan pena yang ia pegang sebelum melanjutkan "Menurut anda, bagaimana
keadaan anda 5 tahun mendatang jika anda diterima di sini?”
“Lebih cantik, lebih menarik,
lebih bahagia, lebih puas, lebih berpengalaman dalam segala hal, literally
segala hal, tidak lagi melihat label harga saat ingin membeli lingerie, parfum,
dan sepatu, mulai mencari program pendidikan S2 yang bisa ditempuh malam hari,
menyenangkan diri sendiri dengan menginap di hotel setiap Sabtu malam baik dengan
atau tanpa teman tidur, mulai terbiasa meminum secangkir kopi mahal setiap
pagi, dan yang pasti; tetap lajang.”
“Oh well." Ia mengulang mengetuk meja tiga kali dengan penanya sebelum melanjutkan "Selain di sini, anda
melamar ke mana saja?”
“Hanya di sini.”
“Really? Why?”
“Ini adalah kantor yang memiliki
banyak sekali karyawan menggiurkan, bahkan anda pun, maaf karena terlalu jujur.
Dan bagi saya selain sebagai tempat mencari uang, menambah pengalaman dan
memperluas jaringan, kantor adalah sebaik-baiknya lahan berburu. Because for a
single lady, workplace is a hunting ground. Sorry.”
“hahahaha damn you. Rrrrhhh i started
worrying my marriage life. But ok then, WELCOME to our company.”
Dia menjabat tangan saya, mengerlingkan mata, tersenyum.
"See you tomorrow."
Saya menjabat tangannya, tersenyum, menatap sepintas pada sebuah foto yang terbingkai di meja kerjanya, foto keluarga bahagia.
"See you tomorrow, Sir."
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar